Teori Dasar Penguat Operasional
1. Penguat Diferensial Sebagai Dasar Penguat
Operasional
Penguat diferensial adalah suatu
penguat yang bekerja dengan memperkuat sinyal yang merupakan selisih dari kedua
masukannya. Berikut ini adalah gambar skema dari penguat diferensial sederhana:
Penguat diferensial tersebut
menggunakan komponen BJT (Bipolar
Junction Transistor) yang identik / sama persis sebagai penguat. Pada
penguat diferensial terdapat dua sinyal masukan (input) yaitu V1 dan V2. Dalam kondisi ideal, apabila kedua masukan
identik (Vid = 0), maka keluaran Vod = 0. Hal ini disebabkan karena IB1 = IB2
sehingga IC1 = IC2 dan IE1 = IE2. Karena itu tegangan keluaran (VC1 dan VC2)
harganya sama sehingga Vod = 0.
Apabila terdapat perbedaan antara
sinyal V1 dan V2, maka Vid = V1 – V2. Hal ini akan menyebabkan terjadinya
perbedaan antara IB1 dan IB2. Dengan begitu harga IC1 berbeda dengan IC2,
sehingga harga Vod meningkat sesuai sesuai dengan besar penguatan Transistor.
Untuk memperbesar penguatan dapat
digunakan dua tingkat penguat diferensial (cascade).
Keluaran penguat diferensial dihubungkan dengan masukan penguat diferensial
tingkatan berikutnya. Dengan begitu besar penguatan total (Ad) adalah hasil
kali antara penguatan penguat diferensial pertama (Vd1) dan penguatan penguat
diferensial kedua (Vd2).
Dalam penerapannya, penguat
diferensial lebih disukai apabila hanya memiliki satu keluaran. Jadi yang
diguankan adalah tegangan antara satu keluaran dan bumi (ground). Untuk dapat menghasilkan satu keluaran yang tegangannya
terhadap bumi (ground) sama dengan
tegangan antara dua keluaran (Vod), maka salah satu keluaran dari penguat
diferensial tingkat kedua di hubungkan dengan suatu pengikut emitor (emitter follower).
Untuk memperoleh kinerja yang lebih
baik, maka keluaran dari pengikut emiter dihubungkan dengan suatu konfigurasi
yang disebut dengan totem-pole.
Dengan menggunakan konfigurasi ini, maka tegangan keluaran X dapat berayun
secara positif hingga mendekati harga VCC dan dapat berayun secara negatif
hingga mendekati harga VEE.
Apabila seluruh rangkaian telah
dihubungkan, maka rengkaian tersebut sudah dapat dikatakan sebagai penguat
operasional (Operational Amplifier
(Op Amp)). Penjelasan lebih lanjut mengenai hal ini akan dilakukan pada sub bab
berikut.
2. Penguat Operasional
Penguat operasional (Op Amp) adalah
suatu rangkaian terintegrasi yang berisi beberapa tingkat dan konfigurasi
penguat diferensial yang telah dijelaskan di atas. Penguat operasional memilki
dua masukan dan satu keluaran serta memiliki penguatan DC yang tinggi. Untuk
dapat bekerja dengan baik, penguat operasional memerlukan tegangan catu yang
simetris yaitu tegangan yang berharga positif (+V) dan tegangan yang berharga
negatif (-V) terhadap tanah (ground).
Berikut ini adalah simbol dari penguat operasional:
2.1.
Karakteristik Ideal Penguat Operasional
Penguat operasional banyak digunakan
dalam berbagai aplikasi karena beberapa keunggulan yang dimilikinya, seperti
penguatan yang tinggi, impedansi masukan yang tinggi, impedansi keluaran yang
rendah dan lain sebagainya. Berikut ini adalah karakteristik dari Op Amp ideal:
¨
Penguatan tegangan lingkar terbuka (open-loop
voltage gain) AVOL = ¥-
¨
Tegangan ofset keluaran (output
offset voltage) VOO = 0
¨
Hambatan masukan (input resistance)
RI = ¥
¨
Hambatan keluaran (output resistance) RO = 0
¨
Lebar pita (band width) BW = ¥
¨
Waktu tanggapan (respon time)
= 0 detik
¨
Karakteristik tidak berubah dengan suhu
Kondisi ideal
tersebut hanya merupakan kondisi teoritis tidak mungkun dapat dicapai dalam
kondisi praktis. Tetapi para pembuat Op Amp berusaha untuk membuat Op Amp yang
memiliki karakteristik mendekati kondisi-kondisi di atas. Karena itu sebuah Op
Amp yang baik harus memiliki karakteristik yang mendekati kondisi ideal.
Berikut ini akan dijelaskan satu persatu tentang kondisi-kondisi ideal dari Op
Amp.
2.1.1. Penguatan Tegangan Lingkar Terbuka
Penguatan tegangan lingkar terbuka (open loop voltage gain) adalah penguatan
diferensial Op Amp pada kondisi dimana tidak terdapat umpan balik (feedback) yang diterapkan padanya
seberti yang terlihat pada gambar 2.2. Secara ideal, penguatan tegangan lingkar
terbuka adalah:
AVOL
= Vo / Vid = - ¥
AVOL
= Vo/(V1-V2) = - ¥
Tanda negatif menandakan bahwa
tegangan keluaran VO berbeda fasa dengan tegangan masukan Vid.
Konsep tentang penguatan tegangan tak berhingga tersebut sukar untuk
divisualisasikan dan tidak mungkin untuk diwujudkan. Suatu hal yang perlu untuk
dimengerti adalah bahwa tegangan keluaran VO jauh lebih besar
daripada tegangan masukan Vid. Dalam kondisi praktis, harga AVOL
adalah antara 5000 (sekitar 74 dB) hingga 100000 (sekitar 100 dB).
Tetapi dalam penerapannya tegangan
keluaran VO tidak lebih dari tegangan catu yang diberikan pada Op
Amp. Karena itu Op Amp baik digunakan untuk menguatkan sinyal yang amplitudonya
sangat kecil.
2.1.2. Tegangan Ofset Keluaran
Tegangan ofset keluaran (output offset voltage) VOO
adalah harga tegangan keluaran dari Op Amp terhadap tanah (ground) pada kondisi tegangan masukan Vid = 0. Secara
ideal, harga VOO = 0 V. Op Amp yang dapat memenuhi harga tersebut
disebut sebagai Op Amp dengan CMR (common
mode rejection) ideal.
Tetapi dalam kondisi praktis, akibat
adanya ketidakseimbangan dan ketidakidentikan dalam penguat diferensial dalam
Op Amp tersebut, maka tegangan ofset VOO biasanya berharga sedikit
di atas 0 V. Apalagi apabila tidak digunakan umpan balik maka harga VOO
akan menjadi cukup besar untuk menimbulkan saturasi pada keluaran. Untuk
mengatasi hal ini, maka perlu diterapakan tegangan koreksi pada Op Amp. Hal ini
dilakukan agar pada saat tegangan masukan Vid = 0, tegangan keluaran VO juga = 0.
Apabila hal ini tercapai,
2.1.3.
Hambatan Masukan
Hambatan masukan (input resistance)
Ri dari Op Amp adalah besar hambatan di antara kedua masukan Op Amp.
Secara ideal hambatan masukan Op Amp adalah tak berhingga. Tetapi dalam kondisi
praktis, harga hambatan masukan Op Amp adalah antara 5 kW hingga 20 MW,
tergantung pada tipe Op Amp. Harga ini
biasanya diukur pada kondisi Op Amp tanpa umpan balik. Apabila suatu umpan
balik negatif (negative feedback)
diterapkan pada Op Amp, maka hambatan masukan Op Amp akan meningkat.
Dalam suatu penguat, hambatan
masukan yang besar adalah suatu hal yang diharapkan. Semakin besar hambatan
masukan suatu penguat, semakin baik penguat tersebut dalam menguatkan sinyal
yang amplitudonya sangat kecil. Dengan hambatan masukan yang besar, maka sumber
sinyal masukan tidak terbebani terlalu besar.
2.1.4.
Hambatan Keluaran
Hambatan Keluaran (output resistance) RO dari Op
Amp adalah besarnya hambatan dalam yang timbul pada saat Op Amp bekerja sebagai
pembangkit sinyal. Secara ideal harga hambatan keluaran RO Op Amp
adalah = 0. Apabula hal ini tercapai, maka seluruh tegangan keluaran Op Amp
akan timbul pada beban keluaran (RL), sehingga dalam suatu penguat, hambatan
keluaran yang kecil sangat diharapkan.
Dalam kondisi praktis harga hambatan
keluaran Op Amp adalah antara beberapa ohm hingga ratusan ohm pada kondisi
tanpa umpan balik. Dengan diterapkannya umpan balik, maka harga hambatan
keluaran akan menurun hingga mendekati kondisi ideal.
2.1.5.
Lebar Pita
Lebar pita (band width) BW dari Op Amp adalah lebar frekuensi tertentu dimana
tegangan keluaran tidak jatuh lebih dari 0,707 dari harga tegangan maksimum
pada saat amplitudo tegangan masukan konstan. Secara ideal, Op Amp memiliki
lebar pita yang tak terhingga. Tetapi dalam penerapannya, hal ini jauh dari
kenyataan.
Sebagian besar Op Amp serba guan
memiliki lebar pita hingga 1 MHz dan biasanya diterapkan pada sinyal dengan
frekuensi beberapa kiloHertz. Tetapi ada juga Op Amp yang khusus dirancang
untuk bekerja pada frekuensi beberapa MegaHertz. Op Amp jenis ini juga harus
didukung komponen eksternal yang dapat mengkompensasi frekuensi tinggi agar
dapat bekerja dengan baik.
2.1.6.
Waktu Tanggapan
Waktu tanggapan (respon time) dari Op Amp adalah waktu
yang diperlukan oleh keluaran untuk berubah setelah masukan berubah. Secara
ideal harga waktu respon Op Amp adalah = 0 detik, yaitu keluaran harus berubah
langsung pada saat masukan berubah.
Tetapi dalam prakteknya, waktu tanggapan dari Op Amp
memang cepat tetapi tidak langsung berubah sesuai masukan. Waktu tanggapan Op
Amp umumnya adalah beberapa mikro detik hal ini disebut juga slew rate. Perubahan keluaran yang hanya
beberapa mikrodetik setelah perubahan masukan tersebut umumnya disertai dengan oveshoot yaitu lonjakan yang melebihi
kondisi steady state. Tetapi pada
penerapan biasa, hal ini dapat diabaikan.
2.1.7.
Karakteristik Terhadap Suhu
Sebagai mana diketahui, suatu bahan
semikonduktor yang akan berubah karakteristiknya apabila terjadi perubahan suhu
yang cukup besar. Pada Op Amp yang ideal, karakteristiknya tidak berubah
terhadap perubahan suhu. Tetapi dalam prakteknya, karakteristik sebuah Op Amp
pada umumnya sedikit berubah, walaupun pada penerapan biasa, perubahan tersebut
dapat diabaikan.
2.2. Implementasi Penguat
Operasional
Rangkaian yang akan dijelaskan dan
dianalisa dalam tulisan ini akan menggunakan penguat operasional yang bekerja
sebagai komparator dan sekaligus bekerja sebagai penguat. Berikut ini adalah
konfigurasi Op Amp yang bekerja sebagai penguat:
Gambar di atas adalah gambar sebuah
penguat non inverting. Penguat tersebut
dinamakan penguat noninverting karena masukan dari penguat tersebut adalah
masukan noninverting dari Op Amp. Sinyal keluaran penguat jenis ini sefasa
dengan sinyal keluarannya. Adapun besar penguatan dari penguat ini dapat
dihitung dengan rumus:
AV =
(R1+R2)/R1
AV
= 1 + R2/R1
Sehingga :
VO
=1+(R2/R1) Vid
Selain penguat noninverting,
terdapat pula konfigurasi penguat inverting. Dari penamaannya, maka dapat
diketahui bahwa sinyal masukan dari penguat jenis ini diterapkan pada masukan
inverting dari Op Amp, yaitu masukan dengan tanda “-“. Sinyal masukan dari
pengaut inverting berbeda fasa sebesar 1800 dengan sinyal
keluarannya. Jadi jiak ada masukan positif, maka keluarannya adalah negatif.
Berikut ini adalah skema dari penguat inverting:
Penguatan dari penguat di atas dapat dihitung dengan rumus:
AV
= - R2/R1
Sehingga:
VO
= - (R2/R1) Vid
Tidak ada komentar:
Posting Komentar